Orang dulu, sesuai zamannya, secara materil jelas tidak semaju orang zaman sekarang. Namun, bisa jadi mereka memiliki aspek-aspek spiritual dan humanisme yang lebih baik. Hari Minggu 7 Februari kemaren, ayah saya yang biasa kami basakan dengan Datuk Kulim (Alhamdulillah sudah 89 tahun), menceritakan suatu pengalaman masa mudanya tentang kelebihan kebatinan orang dulu.
Beberapa tahun sesudah masa kemerdekaan, beliau menjadi sekretaris pak Camat Tamin di Gunung Sahilan, Kampar Kiri. Ketika itu masih ada Tengku Abdullah, raja terakhir Kerajaan Gunung Sahilan. Meski pun sudah tidak memerintah, sang raja masih sangat dihormati dan memiliki istana dan keluarga besarnya, berikut dengan berbagai perangkat adat dan tradisi.
Suatu hari ada acara menuba di Sungai Teso yaitu mendapatkan ikan dengan cara menyebarkan cairan getah tanaman yang disebut tuba ke dalam sungai yang dilaksanakan sekali setahun. Racun yang bersifat herbal itu disebarkan di bagian hulu kemudian warga kampung beramai-ramai mengikuti arus atau menunggu di bagian hilir untuk menangguk ikan yang mabuk beberapa jam di permukaan air. Datuk Kulim yang ikut dalam sebuah sampan bersama teman-temannya kebetulan berada dekat dengan sampan Tengku Abdullah sehingga dapat berinteraksi dengan sang raja bersama-sama rombongan lain.
Ketika itu, setelah tuba diserak beberapa menit, tidak seperti biasanya, kali ini racun herbal ikan itu belum menimbulkan effek pada ikan dalam sungai. Seorang warga menyampaikan pada Tengku Abdullah secara berseloroh: ”Pak Tengku, nampaknya obat kita ni dibawa tidur aja oleh ikan ni….” Sang Raja menanggapi dari sampannya agar jika ada seekor ikan kecil atau anak ikan yang bisa ditangkap, bawakan kepadanya. Tak lama kemudian seseorang mengantarkan seekor ikan kecil kepadanya.
Entah apa yang diutik-utik dan dilakukan oleh Tengku Abdullah pada ikan kecil itu dalam sampannya beberapa saat, sebelum dia lemparkan kembali ke air. Kemudian, tanpa disangka-sangka sekejap kemudian bergejolaklah permukaan air sungai itu oleh banyaknya ikan-ikan besar yang mabuk. Warga masyarakat yang ada di sungai menjadi riuh saking girangnya karena mendapatkan banyak ikan besar, termasuk yang jenisnya jarang dapat ditangkap dengan cara biasa.
Atas apa yang pernah dilihatnya itu, Datuk Kulim mengappresiasinya sebagai suatu kelebihan metafisika yang banyak dimiliki oleh orang-orang dulu, apalagi itu dilakukan oleh seorang yang terkemuka dalam masyarakatnya. Sebenarnya banyak lagi cerita masa muda beliau yang pernah diceritakan pada kami seperti kemampuan ”orang pintar” yang bisa sampai lebih dulu dari mobil angkutan yang tidak dapat ditumpanginya karena penuh. Hebatnya pada kejadian saat jalan-jalan masih jelek puluhan tahun lalu itu, ketika mobil itu sampai di pangkalannya di Pekanbaru, orang itu sudah menunggu untuk mengambil keranjang barang yang ditumpangkannya. Ada rumor yang mengatakan bahwa orang itu punya peliharaan harimau yang dapat ditungganginya. Wallahualam.
Memang kita tidak pasti bagaimana mereka melakukannya tapi itu lah cerita berdasarkan pengalaman langsung Datuk Kulim. Untungnya orang-orang yang diceritakan itu tergolong yang memiliki adab dan akhlak yang luhur. Sampai akhir hayat mereka, tidak pernah terdengar sepak terjangnya yang menyalahgunakan kemampuan khusus itu atau berbuat tidak senonoh pada orang lain. Selain itu, yang dapat juga jadi tauladan bagi kita sekarang, mereka juga sangat mengedepankan harkat kemanusiaan dan menjaga silaturrahim dalam masyarakatnya secara baik.
[…] The busiest day of the year was July 16th with 53 views. The most popular post that day was Orang Dulu. […]