(tulisan saya yang telah dimuat di Kompasiana)
Popularitas SBY dilaporkan berbagai lembaga survey terus menurun. LSI misalnya, menyebutkan bahwa tingkat kepuasan persepsi publik terhadap kinerja beliau menurun dari 85% pada bulan Juli 2010 menjadi hanya 63% pada bulan Desember 2010. Secara detil Metro TV melaporkan bahwa selama 15 bulan itu popularitas SBY dalam bidang Ekonomi turun dari 45% menjadi 28,6%; bahkan dalam bidang Politik dan Keamanan yang mestinya jadi kompetensi beliau, juga turun dari 58% menjadi 39,6%.
Menanggapi penurunan ini, Syarief Hasan, Menteri Koperasi dan UKM yang juga anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, menganggap biasa hasil survey tentang kepuasan publik terhadap kinerja presiden itu. Itu biasa pada pemerintah yang terus bekerja dan mengelola isu dan persoalan, katanya. Ia mengaitkan pula dengan kemungkinan keberpihakan masyarakat yang masih akan tetap pada partainya pada pemilu 2014. Juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha yang mengaku belum tahu rincian hasil survey itu, juga menilai wajar ada fluktuasi pada persepsi publik terhadap kinerja pemerintah dan itu masih dalam batasan normal dan belum ekstrim.
Survey itu dilakukan LSI pada 18-30 Desmber 2010 dengan wawancara secara tatap muka terhadap 1229 orang responden. Melemahnya tingkat kepuasan terhadap kinerja SBY itu dikaitkan dengan kegagalan mengatasi masalah ekonomi yang ditunjukkan dengan harga kebutuhan hidup yang tinggi, tingkat pengangguran, dan angka kemiskinan. Juga dikaitkan dengan lemahnya pemberantasan korupsi.Kita tidak tahu nilai persepsi itu sekarang, setelah adanya tudingan kebohongan oleh para tokoh lintas agama tanggal 10 Januari lalu.
Popularitas itu memang diperlukan guna adanya dukungan kepada Presiden SBY dalam meminpin pemerintahan. Walaupun tidak substansial pengaruhnya terhadap capaian kinerja tapi dapat sebagai indikasi adanya yang tidak pas antara yang sudah dan sedang dilakukan pemerintah dengan apa yang diharapkan masyarakat. Mungkin pula sebagai akibat tidak optimalnya pengelolaan tugas dan kewajiban pemerintah dan tontonan perilaku elit yang jauh dari menghibur, bahkan mungkin merugikan. Sementara banyak dijelajali dengan promosi keberhasilan melalui indikator-indikator makro, patut diwaspadai pula jika masyarakat sering menyaksikan drama kemiskinan dan ketertinggalan dalam tema ketidakberdayaan.
Hikmahnya, ke depan kita tentu ingin pemimpin tertinggi kita populer dan dicintai. Untuk memperbaikinya tentu harus dimulai dan dipimpin langsung oleh Presiden SBY sendiri. Tudingan politik pencitraan sudah waktunya dibantah dengan keterbukaan dan kesediaan beliau untuk menerima kritik dengan lapang dada dan segera memperbaiki yang perlu. Langkah perbaikan bukan karena reaksi dari kritik tapi memang sudah terdeteksi dan terprogram dengan baik. Mungkin ada manfaatnya memilih dan memilah mana yang perlu beliau sampaikan sendiri kepada umum atau cukup melalui juru bicara yang kuat penguasaan relasi publiknya (PR).
Bagaimana pun popularitas SBY saat ini, yang lebih penting lagi adalah bagaimana keadaan menjadi lebih baik. Kinerja pemerintah, termasuk kementerian dan lembaga yang tidak performed, dari sisi pandang manapun seyogyanya lah ditingkatkan. Indikator makro lebih baik tidak dipakai untuk promosi keberhasilan di dalam negeri seandainya banyak masalah-masalah mendasar yang langsung dirasakan masyarakat belum terselesaikan. Efektifitas dan keberhasilan otomatis akan menaikkan popularitas yang juga menguntungkan kita semua.
Leave a Reply