WISH adalah kata Inggris yang sering digunakan untuk menyatakan permintaan, harapan, kehendak, dan mungkin juga cita-cita yang diinginkan agar dipenuhi oleh suatu kekuatan supranatural. Keinginan itu bisa diharapkan akan datang dari Tuhan atau kepada dari otoritas lain seperti peri, dewa, tukang sihir dan bisa juga raja sang penguasa. Akan tetapi wish tidak sama dengan doa yang lebih sakral.
Sering kata wish dipakai dalam dalam konteks angan-angan yang ingin dikabulkan seketika. Tanpa mengaitkannya pada Yang Maha Kuasa, otoritas lain diminta mengabulkan keinginan itu secara instan seperti kepada jin, para penguasa berperilaku tuhan yang dengan kuasanya mampu memobilisir banyak hal, atau itu hanya dalam dongeng.
Selain itu, seolah permintaan itu pasti akan dipenuhi. Seorang pesakitan yang akan dihukum mati, kerap ditanya: “What’s your wish?” Itu hanya sekedar basa-basi karena jika si pesakitan minta dibebaskan, tentu tidak akan dikabulkan, kecuali sekadar minta mayatnya dikirim ke keluarga atau semacamnya. Kata ini juga sering dipakai untuk greeting seperti “Wishing you a nice trip” atau “Wish me luck!” yang kita pakai jadi Wismilak.
Tidak salah punya permintaan itu asal pemahamannya tidak berimplikasi negatif. Pertama, dapat tertanam bahwa ada kekuatan selain Allah yang dapat mewujudkan keinginan secara mudah dan seketika; hal syirik seperti ini menyesatkan dan mendangkalkan akidah. Kedua, semacam jalan pintas yang menina-bobokan, kalau sudah menjawab “Make your wish…!”, apalagi melalui perantara yang dianggap kompeten, maka tinggal nunggu dan pasti akan terkabul. Usaha dan pendekatan batiniah jadi tidak penting lagi.
Beda dengan wish, doa yang mengusung kepantasan harus bebas syirik dan disampaikan langsung pada Allah Swt dengan penuh harap. Kepastian terkabulnya doa masih tergantung pada usaha dan seberapa dekat kita denganNya. Di Tanah Suci, doa dengan kesungguhan usaha sering langsung dikabulkan. Doa para nabi dan wali banyak pula yang langsung terkabul.
Imam Ahmad bin Hambal, ulama besar dua abad pasca era Nabi SAW mengatakan: “Seandainya kita tahu doa kita dikabulkan, saya akan meminta seorang pemimpin yang adil.” Jika minta masuk surga maka hanya beliau yang akan merasakannya. Tapi seorang pemimpin yang adil akan membawa kemaslahatan secara lebih luas. Maknanya: hukum akan tegak, hak-hak rakyat terlindungi, harta benda negara terjaga, ekonomi masyarakat berkembang, kemiskinan teratasi, kehidupan agama marak, akhlak terpelihara, ilmu pengetahuan maju, dan seterusnya sehingga akan lebih banyak yang dapat menikmati kebaikan kehidupan dunia dan sekali gus akhirat. Mari kita berdoa dan ikut berusaha mewujudkannya.
(sudah dimuat pada kolom Makna di Harian Riau Pos hari Rabu tanggal 14 September 2011 halaman 4, juga dimuat di Notes akaun FB saya http://www.facebook.com/feizal.karim)
Leave a Reply