Feeds:
Posts
Comments

Archive for June 23rd, 2010

K o t a

8245249899_60c5ab9ea0_b_zps1c58b030(sebagai kado HUT Kota Pekanbaru, sudah dimuat di Kolom Makna Harian Riau Pos tanggal 23 Juni 2010.  Karena bagian bawahnya terpotong, ini lengkapnya)

Dari berbagai kegiatan pembangunan yang kita lihat di jalan-jalan protokol Pekanbaru, kota ini terus bersolek menuju visinya dan sebagai ibukota dari provinsi yang menjangkakan jadi pusat perdagangan dan kebudayaan Melayu di Asia Tenggara pada tahun 2020.  Kota ini juga sudah banyak menuai prestasi dan mendapat pujian orang-orang yang berkunjung, khususnya terhadap kebersihan dan jaringan jalannya.  Sebagai warga kota tentu kita cukup bangga  meskipun masih ada berbagai hal di sana sini yang masih kita harapkan perbaikannya.

Kota yang merupakan suatu kawasan padat hunian dengan berbagai fungsi campuran masih merupakan pilihan utama untuk tinggal.  Berbeda dengan di daerah pedalaman atau perdesaan (rural), daerah perkotaan memiliki berbagai infrastruktur dan fasilitas dasar serta berbagai penunjang seperti hiburan dan pasar.  Karena itu orang awam dapat menilai bagus tidaknya suatu kota secara sederhana.

Salah satu tolok ukur awam adalah bagus tidaknya sistem transportasi atau angkutan kota, termasuk fasilitas pejalan kaki atau pedestrian.  Bersinergi dengan tolok ukur lain seperti kebutuhan dasar (kesehatan dan pendidikan), kebersihan, keamanan, listrik, telepon, dan sarana ekonomi serta hiburan, maka keadaan angkutan kota ini juga ikut menentukan jumlah pengunjung kota yang berarti dorongan untuk berbagai kegiatan ekonominya.  Sebagai contoh dapat kita perhatikan beberapa kota yang mengandalkan banyaknya pengunjung untuk berbagai keperluan.

Kota Metro Paris dengan penduduk sekitar 12 juta jiwa sudah menjadi permukiman penting di Eropa sejak lebih dari dua abad lalu, salah satu pusat bisnis dan budaya yang utama dan terpadat di Eropa.  Ditambah pula dengan berbagai kegiatan politik, pendidikan, hiburan, media, fashion, sains, seni, dan pusat organisasi internasional (UNESCO, OECD, ICC), menjadikan Paris sebagai kota global terbesar di dunia.  Dengan berbagai objek wisata dan peninggalan sejarah yang didukung oleh kemanan dan berbagai pelayanan dan kepentingan publik terutama transportasi, sanitasi, pasar, taman dan pedestrian, air bersih, dan listrik yang dikelola dengan baik, tidak kurang 45 juta orang mengunjungi Paris tiap tahun.  Ini menjadikan Paris kota ekonomi terbesar di Eropa, terbesar kelima di dunia dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2006 sebesar €500,8 milyar atau sekitar seperempat PDB Perancis.

Keadaan ini tentu sangat berbeda dengan Jakarta yang Juni ini sudah 483 tahun.  Jakarta dengan jumlah penduduk sekitar delapan juta jiwa masih menghadapi tiga masalah pokok yaitu: kemacetan lalu lintas dan belum baiknya angkutan umum, banjir, dan kurangnya taman dan ruang terbuka.  Seorang dosen yang tinggal di Jakarta menyatakan bagaimana Jakarta merasa kurang nyaman dengan berbagai kemajuan ekonomi Jakarta yang justru membawa ketidaknyamanan pada kota (Investor Daily, 22 Juni 2010 halaman 22).  Makin sulit berjalan di trotoar dan angkutan umum malah jadi pilihan terakhir jika bepergian.  Selain itu, warga kota tidak mengenal kotanya dengan baik, malah lebih banyak menghabiskan waktu ke bioskop dan mal.  Berbagai bagian kota yang bersejarah (living gallery) dan public space terabaikan dan hanya jadi tempat kunjungan sempit dan sesaat seperti pemotretan pre-wedding.  Bagaimana pula dengan Pekanbaru yang Juni ini juga telah berumur 226 tahun?

Dengan luas kurang lebih Jakarta dan penduduk sekitar sepersepuluhnya, meskipun sudah cukup banyak kemajuan, Pekanbaru rasanya masih mencari bentuk.  Ini diindikasikan dengan masih dominannya rangka spasial lama yang belum dilengkapi dan diperkuat dengan cabang-cabang pendudukngnya.  Jaringan jalan kota masih terasa belum dapat melayani kebutuhan warga kota yang terbiasa dengan pola pengembangan linier yang tentunya tidak demikian dalam pengaturan ruangnya.

Karena itu kita selalu merasakan adanya ketersendatan lalu lintas di jalan utama kota di mana tertumpu berbagai kepentingan dan aktivitas warga kota.  Sementara angkutan kota baru mulai dibenahi dengan SAUM, di jalan-jalan ini terjadi pertumbuhan yang linier di lapis pertama yang tidak seimbang dengan lapis keduanya.  Jejeran ruko tanpa penyelesaian akses dan ruang terbukanya, telah memberi warna keras pada wajah kota.  Para pejalan kaki masih belum dapat menikmati kenyamanan kota karena pedestrian dan penghijauan belum memadai.

Ke depan kita harapkan Pekanbaru tetap bersih dengan kesadaran dan partisipasi warganya serta dapat berkembang dengan pengaturan spasial yang lebih lunak dan ramah lingkungan.  Tiga masalah Jakarta yang juga dihadapi oleh Pekanbaru dapat diselesaikan secara lebih konsepsiaonal dan komprehensip dengan mengutamakan kepentingan pelayanan pada warga kota.  Dengan dasar-dasar yang sudah ada sekarang, mudah-mudahan semuanya nanti dapat meningkatkan berbagai aktivitas kota dan kunjungan wisatawan sehingga Pekanbaru dapat menjadi pusat budaya Melayu dan kegiatan ekonomi tahun 2020.  Insya Allah.

Read Full Post »